Rabu, 16 Februari 2011

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah


Mati Su’ul Khotimah

Posted: 16 Feb 2011 04:00 PM PST

Setiap orang pasti menginginkan berada pada akhir kehidupan yang baik (husnul khotimah), bukan pada yang buruk (su'ul khotimah). Namun sudah sering kita saksikan ada beberapa orang yang mati dengan sangat tragis, sangat mengerikan yang mungkin kita belum pernah melihat sebelumnya. Su'ul khotimah inilah yang patut kita waspadai dan berusaha untuk tidak berada di ujung kehidupan semacam itu.

Saudaraku, perlu kiranya engkau tahu bahwa su'ul khotimah (mati dalam keadaan buruk) memiliki sebab yang seharusnya setiap orang menjauhinya. Sebab utama adalah karena berpaling dari agama Allah. Hal ini dapat berupa berpaling dari istiqomah, lemahnya iman, rusaknya i'tiqod (keyakinan), dan terus menerus dalam maksiat.

Beberapa Kisah Akhir Hidup yang Begitu Jelek

Ada suatu kisah yang menunjukkan seseorang yang terlalu sibuk dengan dunia sehingga lupa akan akhirat. Lihatlah bagaimanakah akhir hidupnya.

Ia seorang pedagang kain yang biasa menjual kain. Tatkala sakratul maut ia bukan menyebut kalimat yang mulia "laa ilaha illallah", namun yang ia sebut adalah, "Ini kain baru, ini kain baru. Ini pas untukmu. Kain ini amat murah." Akhirnya ia pun mati setelah mengucapkan kalimat semacam itu. Padahal kalimat terbaik yang diucapkan saat sakratul maut adalah kalimat laa ilaha illallah.

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

"Barang siapa yang akhir perkataannya adalah 'lailaha illallah', maka dia akan masuk surga." (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)

Ada juga orang yang kesehariannya sibuk bermain catur. Ketika sakratul maut, ia diperintahkan untuk menyebut kalimat "laa ilaha illallah". Namun apa yang ia katakan kala maut menjemput? Ia malah mengucapkan, "Skak!" Lalu ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Mati bukan menyebut kalimat tahlil, namun menyebut kata "skak". Wallahul musta'an.

Ada pula orang yang kesehariannya biasa menegak arak (khomr). Ketika maut menjemput, ia ingin ditalqinkan (dituntun baca kalimat tahlil, laa ilaha illallah). Namun apa yang ia ucapkan? Ia malah berkata saat sakratul maut, "Mari tuangkan arak untukku, minumlah!" Lantas ia pun mati dalam keadaan seperti itu. Laa haula quwwata illa billah 'aliyyil 'azhim.[1]

Pengaruh Teman Bergaul yang Buruk Semasa Hidup

Ulama tabi'in, Mujahid rahimahullah berkata, "Barangsiapa mati, maka akan datang di hadapan dirinya orang yang satu majelis (setipe) dengannya. Jika ia biasa duduk di majelis orang yang selalu menghabiskan waktu dalam kesia-siaan, maka itulah yang akan menjadi teman dia tatkala sakratul maut. Sebaliknya jika di kehidupannya ia selalu duduk bersama ahli dzikir (yang senantiasa mengingat Allah), maka itulah yang menjadi teman yang akan menemaninya saat sakratul maut."[2]

Bukti dari perkataan Mujahid di atas terdapat pada kisah Abu Tholib berikut ini.

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِى أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – لأَبِى طَالِبٍ « يَا عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ » . فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ ، أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ ، وَيَعُودَانِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ ، حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

Ketika menjelang wafatnya Abu Tholib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dan ternyata sudah ada Abu Jahal bin Hisyam dan ‘Abdullah bin Abu Umayyah bin Al Mughirah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, kepada Abu Tholib, “Wahai pamanku katakanlah laa ilaaha illallah, suatu kalimat yang dengannya aku akan menjadi saksi atasmu di sisi Allah”. Maka berkata, Abu Jahal dan ‘Abdullah bin Abu Umayyah, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama ‘Abdul Muthalib?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menawarkan kalimat syahadat kepada Abu Tholib dan bersamaan itu pula kedua orang itu mengulang pertanyaannya yang berujung Abu Tholib pada akhir ucapannya tetap mengikuti agama ‘Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallah."(HR. Bukhari no. 1360 dan Muslim no. 24)

Akibat Maksiat dan Godaan Syaithon

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Sesungguhnya dosa, maksiat dan syahwat adalah sebab yang dapat menggelincirkan manusia saat kematiaanya, ditambah lagi dengan godaan syaithon. Jika maksiat dan godaan syaithon terkumpul, ditambah lagi dengan lemahnya iman, maka sungguh amat mudah berada dalam su'ul khotimah (akhir hidup yang jelek)."[3]

Agar Selamat dari Su'ul Khotimah

Ibnu Katsir rahimahullah kembali melanjutkan penjelasannya:

"Su'ul khotimah (akhir hidup yang jelek)—semoga Allah melindungi kita darinya—tidaklah terjadi pada orang yang secara lahir dan batin itu baik dalam bermuamalah dengan Allah. Begitu pula tidak akan terjadi pada orang yang benar perkataan dan perbuatannya. Keadaan semacam ini tidak pernah didengar bahwa orangnya mati dalam keadaan su'ul khotimah sebagaimana kata 'Abdul Haq Al Isybili. Su'ul khotimah akan mudah terjadi pada orang yang rusak batinnya dilihat dari i'tiqod (keyakinannya) dan rusak lahiriahnya yaitu pada amalnnya. Su'ul khotimah lebih mudah terjadi pada orang yang terus menerus dalam dosa besar dan lebih menyukai maksiat. Akhirnya ia terus menerus dalam keadaan berlumuran dosa semacam tadi sampai maut menjemput sebelum ia bertaubat."[4]

Jika telah mengetahui hal ini dan tidak ingin kehidupan kita berakhir buruk sebagaimana kisah-kisah yang telah kami utarakan di atas, maka sudah sepantasnya kita menyegerakan taubat terhadap semua dosa yang kita perbuat, baik itu dosa kesyirikan, bid'ah, dosa besar dan maksiat. Begitu pula segeralah kita kembali taat pada Allah dengan mengawali segalanya dengan ilmu. Kita tidak tahu kapan nyawa kita diambil. Entah besok, entah lusa, entah minggu depan, boleh jadi lebih cepat dari yang kita kira. Yang tua dan muda sama saja, tidak ada yang tahu bahwa ia akan berumur panjang. Selagi masih diberi kesempatan, selagi masih diberi nafas, teruslah bertaubat dan kembali taat pada-Nya. Lakukan kewajiban, sempurnakan dengan amalan sunnah. Jauhi maksiat dan berbagai hal yang makruh. Jangan sia-siakan waktu, teruslah isi dengan kebaikan.

Moga Allah mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah dan menjauhkan kita dari akhir hidup yang jelek, su'ul khotimah. Amin Yaa Mujibas Saailin.

Written tonight, on 3 Dzulqo'dah 1431 H, in KSU, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id


[1] Kisah-kisah ini kami peroleh dari risalah mungil yang berjudul 'Alamaatu Husnul Khotimah wa Su'uha, terbitan Darul Qosim.

[2] Tadzkiroh, Al Qurthubi, Asy Syamilah, 1/38

[3] Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/184 (sesuai standar).

[4] Idem.

Laporan Donasi Program Recovery Merapi (14/2/2011)

Posted: 15 Feb 2011 10:09 PM PST

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka. Amma ba’du.

Kaum muslimin.. semoga senantiasa dirahmati Allah…

Tidak terasa telah sekian lama program recovery Merapi digulirkan. Semenjak bulan Januari 2011 hingga pertengahan Februari 2011 ini Posko Dakwah dan Sosial Al-Atsari masih terus bergerak untuk menebarkan dakwah dan menyalurkan bantuan para dermawan ke lereng Merapi. Kegiatan dakwah berupa pengajian maupun penyaluran bantuan -alhamdulillah- masih tetap berjalan di tengah terpaan musibah yang sampai saat ini masih belum berhenti. Erupsi Merapi yang memuntahkan awan panas dan lontaran batu mungkin sudah banyak sekali berkurang, atau bahkan hampir tiada. Akan tetapi banjir lahar dingin dan musibah kehilangan rumah dan pekerjaan tetap saja masih menghantui. Hanya kepada Allah kita berharap dengan musibah ini dapat mempertebal iman dan takwa kita kepada-Nya, bukan justru menjauhkan dari ibadah kepada-Nya semata…

Maka di saat-saat semacam ini bantuan moril berupa nasehat dan wejangan serta bimbingan rohani adalah sesuatu yang sangat berarti bagi para pengungsi secara khusus dan korban bencana Merapi secara umum. Menyaksikan puing-puing rumah yang telah luluh lantak bukan pemandangan yang asing lagi bagi para relawan yang rajin menyambangi lereng Merapi. Seolah-olah sebelumnya tidak ada pemukiman dan tak ada denyut nadi perekonomian di tanah ini. Karena yang tampak adalah bebatuan, pasir, pohon-pohon yang tumbang, rumput-rumputan, sebagian jalan aspal pun seolah tak ada karena telah tertimbun material ratusan meter jaraknya. Perjalanan menyusuri lereng Merapi dari bantaran Sungai Gendol di desa Argomulyo -yang berjarak 12 Km dari puncak Merapi- sampai dusun Kopeng, Jambu, Petung dan Kaliadem -yang berjarak 4-6 Km dari puncak Merapi- sudah berulangkali kami lalui. Nestapa pengungsi seolah senantiasa menyelimuti setiap perjalanan relawan di lereng Merapi.

Beberapa waktu lalu, kami bertemu dengan Bapak Suwarno yang dahulunya menetap di dusun Petung yang kini telah musnah akibat erupsi. Beliau adalah sosok bapak-bapak yang cukup arif dalam menyikapi musibah ini. Deraan musibah yang bertubi-tubi sehingga memaksa diri dan keluarganya untuk mengungsi kesana kemari tidak melunturkan keyakinannya kepada Rabb penguasa langit dan bumi. Sholat berjama’ah di masjid rajin beliau jalani. Di antara sekian banyak jama’ah Sholat Jum’at maka beliaulah orang pertama yang hadir di masjid An-Nur Pagerjurang; salah satu posko tempat kami menggerakkan kegiatan pengajian dan khutbah di lereng Merapi. Beliau juga menceritakan, bahwa masih banyak saudara-saudaranya -sesama muslim- di lereng Merapi ini yang tak kunjung menyadari apa hikmah yang tersimpan di balik musibah ini. Inilah yang semakin mendorong kami untuk ikut serta dalam proyek dakwah dan kemanusiaan ini. Sedikit demi sedikit menyelami kehidupan para pengungsi dan memberikan dorongan spiritual bagi mereka untuk bangkit dan kembali menata diri…

Barak pengungsian sampai saat ini masih menjadi tempat berteduh bagi para pengungsi korban erupsi. Walaupun ada juga sebagian dari mereka yang tidak mau tidur di pengungsian. Mengapa? Karena masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rumahnya telah hancur dan tiada…. Tidur di ruang kelas SMK bersama pengungsi yang lain sudah menjadi sajian hidup mereka sehari-hari. Listrik mati akibat guyuran hujan dan angin kencang yang merobohkan pepohonan dan memutuskan kabel jaringan sudah biasa mereka alami. Sebagian jembatan yang putus akibat lahar dingin hingga hari ini pun belum bisa tersambung lagi. Dalam situasi rawan semacam ini pemanfaatan HT (Handy Talky) sebagai jalur komunikasi penanganan musibah sangat penting bagi relawan maupun pengungsi. Selain itu, dikarenakan sumber air yang telah terputus alirannya akibat erupsi maka penduduk pun mengalami kesulitan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Alhamdulillah pasokan air dari PMI masih setia melayani masyarakat di lereng Merapi. Entah, sampai kapan kondisi ini akan berlangsung… Hanya Allah yang mengetahuinya…

Dengan senantiasa memohon kepada Allah ta’ala, Posko Dakwah dan Sosial Al-Atsari berusaha untuk ikut meringankan musibah yang melanda. Sampai saat ini partisipasi kaum muslimin dalam menjalankan program recovery ini masih terus menyertai, segala puji bagi Allah yang atas karunia dari-Nya segala kebaikan bisa terlaksana…

Berikut ini kami laporkan, bahwa selama program recovery:

Total pengeluaran donasi program recovery sejak 1 Januari 2011 – 14 Februari 2011 adalah sebesar:
Rp.33.067.800,-

Rincian pengeluaran bisa diunduh di tautan berikut ini:
http://www.archive.org/download/LaporanPengeluaranDonasiRecoveryMerapiYpia14Febr2011/LaporanPengeluaranProgramRecoveryBencanaMerapi2011.14Feb2011.pdf

Total pemasukan donasi program recovery sejak 1 Januari 2011 – 14 Februari 2011 adalah sebesar:
Rp.39.151.350,-

Rincian pemasukan bisa diunduh di tautan berikut ini:
http://www.archive.org/download/LaporanDonasiRecoveryMerapiYpia14Febr2011/LaporanPemasukanProgramRecoveryBencanaMerapi2011.14-2.pdf

Sebagai tambahan informasi, bahwa selama tanggap darurat Merapi:

Total pemasukan donasi program tanggap merapi sejak 29 Oktober 2010 – 31 Desember 2010 adalah sebesar:
Rp.239.762.854,-

Rincian pemasukan bisa diunduh di tautan berikut ini:
http://www.archive.org/download/LaporanDonasiMerapi31Des2010/LaporanPemasukanProgramTanggapBencanaMerapi2010.pdf

Total pengeluaran donasi program tanggap merapi sejak 29 Oktober 2010 – 31 Desember 2010 adalah sebesar:
Rp.218.225.002,-

Rincian pengeluaran bisa diunduh di tautan berikut ini:
http://www.archive.org/download/LaporanPengeluaranDonasiMerapi31Des2010/LaporanPengeluaranProgramTanggapBencanaMerapi2010.pdf

Inilah sekilas laporan yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Yogyakarta, 16/2/2011
Posko Dakwah dan Sosial Al-Atsari

Alamat email:
ypiapeduli@yahoo.com

Soal-165: Niat Berbakti Kepada Orang Tua=Tidak Ikhlas?

Posted: 15 Feb 2011 08:33 PM PST

Bagaimana melakukan sesuatu dengan tujuan membuat orang tua bahagia?

Dijawab Oleh Ust Firanda Andirja

Jawabannya Klik Player:

Download

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar