Selasa, 24 November 2009

Fwd: [Abu Hanifah Alim Al-Bantuliy] Ternyata Kesyirikan di Zaman Kita Lebih Parah

---------- Forwarded message ----------
From: abuhanifah alim <abuhanifahalim@gmail.com>
Date: Tue, 24 Nov 2009 16:21:03 +0700
Subject: Fwd: [Abu Hanifah Alim Al-Bantuliy] Ternyata Kesyirikan di
Zaman Kita Lebih Parah
To: abuhamzahhendri.muti@blogger.com

---------- Pesan terusan ----------
Dari: Abu Hanifah Alim Al-Bantuliy <abuhanifahalim@gmail.com>
Tanggal: 18 November 2009 10:46
Subjek: [Abu Hanifah Alim Al-Bantuliy] Ternyata Kesyirikan di Zaman Kita
Lebih Parah
Ke: abuhanifahalim@gmail.com


Para pembaca yang budiman, diantara musibah besar yang menimpa kaum muslimin
dewasa ini adalah acuh terhadap urusan agama dan sibuk dengan urusan dunia.
Oleh karena itu banyak diantara mereka yang terjerumus ke dalam hal-hal yang
diharamkan Alloh karena sedikitnya pemahaman tentang
permasalahan-permasalahan agama. Dan jurang terdalam yang mereka masuki
yaitu lembah hitam kesyirikan.

Perbuatan dosa yang paling besar inipun begitu samar bagi kebanyakan manusia
karena kejahilan mereka dan rajinnya setan dalam meyesatkan manusia
sebagaimana yang dikisahkan Alloh tentang sumpah iblis, "Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka
dari jalan Engkau yang lurus." (Al-A'rof: 16). Bahkan kesyirikan hasil
tipudaya iblis yang terjadi pada masa kita sekarang ini lebih parah daripada
kesyirikan yang terjadi pada zaman Rosululloh Shollallohu 'alaihi
wasallam...!! Kenapa bisa demikian ?

Kemusyrikan Zaman Dahulu Hanya di Waktu Lapang

Sesungguhnya orang-orang musyrik pada zaman Rosululloh melakukan kesyirikan
hanya ketika dalam keadaan lapang saja. Namun tatkala mereka dalam keadaan
sempit, terjepit, susah dan ketakutan mereka kembali mentauhidkan Alloh,
hanya berdo'a kepada Alloh saja dan melupakan segala sesembahan selain
Alloh. Hal ini sebagaimana dikabarkan oleh Alloh tentang keadaan mereka,
"Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu
berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih." (Al-Isra':
67). "Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila
Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang
pernah dia berdoa (kepada Alloh) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan
dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan-Nya. Katakanlah: 'Bersenang
-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu
termasuk penghuni neraka'." (Az-Zumar: 8).

Itulah keadaan musyrikin zaman dahulu, lalu bagaimana keadaan musyrikin pada
zaman kita ini? Ternyata sama saja bagi orang-orang musyrik zaman kita ini,
baik dalam waktu lapang ataupun sempit tetap saja mereka menjadikan bagi
Alloh sekutu. Tatkala punya hajatan (misalnya pernikahan, membangun rumah
ataupun yang lainnya) mereka memberikan sesajen ke tempat-tempat yang
dianggap keramat. Tatkala sesuatu ketika terkena musibah, mereka beranggapan
bahwa mereka telah kuwalat terhadap yang mbaurekso (jin penunggu) kampungnya
kemudian meminta ampun dan berdoa kepadanya agar menghilangkan musibah itu
atau pergi ke dukun untuk menghilangkannya. Ini adalah bentuk kesyirikan
kepada Alloh yang amat nyata. Alloh berfirman, "Hanya bagi Alloh-lah (hak
mengabulkan) doa yang benar. Dan sesuatu yang mereka sembah selain Allah
tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang
yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke
mulutnya, padahal air
itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu,
hanyalah sia-sia belaka." (Ar-Ro'du: 14)

Sesembahan Musyrikin Dulu Lebih Mending Sholehnya

Orang-orang musyrik pada zaman Rosululloh Sholallohu 'alaihi wasallam
menjadikan sekutu bagi Alloh dari dua kelompok, yang pertama adalah
hamba-hamba Alloh yang sholeh, baik dari kalangan para nabi, malaikat
ataupun wali. Dan yang kedua adalah seperti pohon, batu dan lainnya. Lalu
bagaimana keadaan orang-orang musyrik zaman kita? Saking parahnya keadaan
mereka, orang-orang yang telah mereka kenal sebagai orang suka berbuat
maksiatpun mereka sembah dan diharapkan berkahnya. Lihat betapa banyak orang
yang berbondong-bondong ngalap berkah ke makam Pangeran Samudro dan Nyai
Ontrowulan di Gunung Kemukus, Sragen. Diceritakan bahwa mereka berdua adalah
seorang anak dan ibu tiri (permaisuri raja) dari kerajaan Majapahit yang
berselingkuh, kemudian mereka diusir dari kerajaan dan menetap di Gunung
Kemukus hingga meninggal. Konon sebelum meninggal Pangeran Samudro berpesan
bahwa keinginan peziarah dapat terkabul jika melakukan seperti apa yang ia
lakukan bersama ibu tirinya. Sehingga s
ebagai syarat "mujarab" untuk mendapat berkah di sana, harus dengan
berselingkuh dulu...!! Allohu Akbar!

Musyrikin Zaman Dahulu Tidak Menyekutukan Alloh Dalam Rububiyah-Nya

Tauhid Rububiyah adalah mengikrarkan bahwa Alloh lah satu-satunya pencipta
segala sesuatu, yang memberikan rizki, yang menghidupkan dan mematikan serta
hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Alloh. Ini semua diakui oleh
orang-orang musyrik zaman dahulu. Dalilnya adalah firman Alloh, "Dan sungguh
jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya
mereka menjawab: 'Alloh', maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Alloh )?." (Az-Zukhruf: 87). Juga firman-Nya, "Katakanlah:
'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab:
'Alloh.' Maka katakanlah 'Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?'." (Yunus:
31)

Akan tetapi titik penyimpangan mereka yaitu kesyirikan dalam Tauhid Uluhiyah
(mengikrarkan bahwa hanya Alloh sajalah yang berhak ditujukan kepada-Nya
segala bentuk ibadah, seperti do'a, nadzar, menyembelih kurban dan
lain-lain). Inilah yang diingkari oleh musyrikin zaman dulu. Mereka berdoa
kepada patung atau penghuni kubur bukan dengan keyakinan bahwa patung itu
bisa mengabulkan do'a mereka atau punya kekuasaan untuk mendatangkan
keburukan, namun yang mereka maksudkan hanyalah supaya patung (sebagai
perwujudan dari orang sholeh) atau penghuni kubur itu dapat menyampaikan
do'a mereka kepada Alloh. Mereka berkeyakinan bahwa orang sholeh itu yang
telah diwujudkan/dilambangkan dalam bentuk gambar/patung tersebut mempunyai
kedudukan mulia di sisi Alloh. Sementara mereka merasa banyak berbuat dosa
dan maksiat, sehingga tidak pantas meminta langsung kepada Alloh, tetapi
harus melalui perantara. Inilah yang mereka kenal dengan meminta syafa'at
pada sesembahan mereka Mereka (orang-or
ang musyrik) mengatakan, "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya." (Az-Zumar:
3)

Lalu bagaimana keadaan musyrikin sekarang ini? Diantara mereka ada yang
berkeyakinan bahwa yang memberikan jatah ikan bagi nelayan, yang mengatur
ombak laut selatan adalah Nyi Roro Kidul. Sungguh tidak seorang pun dapat
menciptakan seekor ikan kecil pun, ini adalah hak khusus Alloh dalam
Rububiyah-Nya, tetapi mereka menisbatkannya kepada Nyi Roro Kidul. Allohu
akbar! betapa keterlaluan dan lancangnya terhadap Pencipta alam semesta!!!
Sehingga tidaklah heran pula jika banyak diantara masyarakat yang takut
memakai baju hijau tatkala berada di pantai selatan, karena khawatir ditelan
ombak yang telah diatur oleh Nyi Roro Kidul.

Lihatlah, betapa orang-orang musyrik zaman dahulu lebih berakal daripada
orang-orang musyrik sekarang ini. Karena maraknya bentuk-bentuk kesyirikan
dan samarnya hal tersebut sudah seharusnya setiap kita untuk mempelajari
ilmu tauhid agar dapat menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari segala macam
bentuk kesyirikan. Sungguh betapa jahilnya orang yang mengatakan "Untuk apa
belajar tauhid sekarang ini?"

Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar memberikan kepada kita taufik dan
menjauhkan diri kita dari berbagai macam bentuk kesyirikan yang merupakan
sebab kehancuran di dunia maupun di akhirat. Wallohu A'lam.

***

Penulis: Ibnu 'Ali Al-Barepany
Artikel www.muslim.or.id

Artikel diambil dari Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah -
http://muslim.or.id
Silakan kunjungi alamat lengkap artikel ini:
http://muslim.or.id/aqidah/ternyata-kesyirikan-di-zaman-kita-lebih-parah.html

--
Posting oleh Abu Hanifah Alim Al-Bantuliy ke Abu Hanifah Alim
Al-Bantuliy<http://alimalbantuliy.blogspot.com/2009/11/ternyata-kesyirikan-di-zaman-kita-lebih.html>pada
11/18/2009 10:46:00 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar