Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah |
- Proposal Semarak Ramadhan Yayasan Pendidikan Islam Al-atsari
- Soal-116: Penampilan Sama Dengan Wahabi = Wahabi?
- PROPOSAL PROGRAM PUSAT PEMBINAAN MAHASISWA MUSLIM PILIHAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-ATSARI YOGYAKARTA
- Cara Mudah Mempelajari Aqidah Ahlus Sunnah (2)
Proposal Semarak Ramadhan Yayasan Pendidikan Islam Al-atsari Posted: 20 Jun 2010 05:11 PM PDT RINGKASAN Kegiatan ini terdiri dari; Penerbitan Buku Panduan Ramadhan, Kultum Ramadhan, Buka Puasa Bersama, Penyambutan Mahasiswa Baru, Penerbitan Koran Mahasiswa Muslim "Uleennuha", Kajian Tematik Ramadhan, Dauroh Kaidah Penafsiran al-Qur'an, Artikel Ramadhan, SMS Tausiyah, Bingkisan Hari Raya Untuk Para Da'i, dan Pembagian Brosur Mudik dan Idul Fitri. Kami memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan dan kemudahan bagi kami dalam melaksanakan kegiatan ini dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. MUQODDIMAH Datangnya bulan Ramadhan merupakan saat yang dinantikan oleh setiap insan beriman. Sebab di bulan itu banyak keutamaan dan pahala yang dijanjikan. Yang dengan melakukan amalan-amalan yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka mereka berharap untuk bisa menuai cinta dan ampunan ar-Rahman. Tidak hanya ibadah puasa di siang hari saja, bahkan umat Islam bisa menikmati indahnya bulan Ramadhan dengan merenungi kandungan ayat-ayat suci al-Qur'an dengan semangat yang lebih daripada pada bulan-bulan selainnya. Apalagi ditunjang dengan diadakannya kultum, siraman rohani dan kajian-kajian keislaman yang bisa menambah keimanan dan memperkuat keyakinan. Di samping itu, maraknya masjid dengan jama'ah shalat tarawih membuat suasana bulan Ramadhan semakin menyejukkan. Di saat-saat semacam itulah kita dapati ketenangan dan kenikmatan beribadah yang jarang dijumpai pada bulan-bulan yang lain. Belum lagi, kenikmatan yang dirasakan ketika berbuka puasa dan janji pahala besar bagi orang-orang yang menyisihkan hartanya untuk berbuka dan mendukung amal-amal kebaikan yang lainnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah memberikan teladan kedermawanan yang luar biasa di bulan yang mulia ini. Berangkat dari situlah, maka Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari ingin turut berpartisipasi menyalurkan sebagian harta dari kaum muslimin yang dengan penuh kerelaan dan pengharapan terhadap keridhaan-Nya untuk mendukung terlaksananya kegiatan dakwah di masyarakat yang diadakan oleh Yayasan ini pada bulan Ramadhan, di Yogyakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. NAMA KEGIATAN LANDASAN KEGIATAN 2. Firman Allah ta'ala, "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (QS. al-Baqarah: 183). 3. Firman Allah ta'ala, "Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran." (QS. al-Ma'idah: 3). 4. Firman Allah ta'ala, "Katakanlah -wahai Muhammad-, Jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah aku." (QS. Ali Imron: 30). 5. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik oleh Allah maka ia akan dipahamkan dalam urusan agamanya." (HR. Bukhari dan Muslim). 6. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim). 7. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Puasa itu adalah perisai yang dengannya seorang hamba melindungi diri dari api neraka." (HR. Ahmad). 8. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barang siapa yang memberikan buka bagi orang yang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, hanya saja hal itu sama sekali tidak mengurangi pahalanya sedikitpun." (HR. Tirmidzi, dan dia menyatakan sahih). 9. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu." (HR. Bukhari dan Muslim). TUJUAN SASARAN BENTUK KEGIATAN RENCANA ANGGARAN Jumlah: Rp 92.340.000,- KETENTUAN DONASI 2. Donasi dapat dikirim melalui rekening berikut: b) Rekening Bank BNI Syari'ah c) Rekening Bank BCA d) Western Union (pos) PENUTUP Yogyakarta, 19 Juni 2010 Untuk lebih detilnya dapat mengunduh Proposal Semarak Ramadhan 1431 Hijiriyah melaui link berikut. |
Soal-116: Penampilan Sama Dengan Wahabi = Wahabi? Posted: 20 Jun 2010 05:08 PM PDT Ada yang mengatakan Amrozi cs adalah wahabi karena penampilan yang sama, apakah hal ini benar? Dijawab Oleh Ust Abu Ubaidah Jawabannya Klik Player: This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now |
Posted: 20 Jun 2010 04:56 PM PDT PROPOSAL PROGRAM PUSAT PEMBINAAN MAHASISWA MUSLIM PILIHAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-ATSARI YOGYAKARTA A. MUQADDIMAH Segala puji bagi Allah, Yang telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya, Yang telah menetapkan takdir dan mencurahkan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, yang menunjukkan jalan yang lurus kepada umatnya sehingga meninggalkan mereka di atas ajaran yang putih bersih dan terang benderang yang malamnya bagaikan siangnya, tiada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa. Amma ba’du. Bukanlah sesuatu yang asing bagi umat Islam, bahwa kemajuan dan kejayaan mereka sangatlah erat kaitannya dengan komitmen setiap individu terhadap ajaran Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sebagian kaum dengan sebab Kitab ini dan akan menghinakan yang lain dengan sebab Kitab ini pula." (HR. Muslim dari sahabat Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu). Oleh sebab itu, kebaikan umat ini tergantung kepada sejauh mana perhatian dan kesungguhan mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran suci al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu) Begitu pula as-Sunnah yang itu merupakan penjelas dan pemberi keterangan tambahan terhadap ayat-ayat al-Qur’an, merupakan wahyu yang terjaga dan menjadi jalan yang akan mengantarkan kaum muslimin menuju kecintaan dan ampunan Rabb semesta alam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), "Katakanlah; Jika kalian mengaku mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." (QS. Ali Imran: 31). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), "Tidaklah dia -Muhammad- berbicara dari hawa nafsunya, akan tetapi yang diucapkannya itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." (QS. an-Najm: 3-4). Oleh sebab itu seorang mukmin tidak akan pernah menempuh jalan dan mengambil keputusan selain apa yang dipilihkan dan ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), "Tidaklah pantas bagi seorang mukmin lelaki ataupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara kemudian masih ada pilihan lain bagi mereka dalam urusan mereka itu. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata." (QS. al-Ahzab: 36) Berangkat dari situlah, maka Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari berkat taufik dari Allah semata sampai saat ini masih menjalankan program-program pendidikan dan pembinaan keagamaan untuk mahasiswa muslim dan muslimah di wilayah sekitar kampus UGM dan kampus lain di sekelilingnya di kota Yogyakarta. Seiring dengan berjalannya waktu, berkembangnya keadaan dan silih bergantinya generasi muda yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang kami adakan, maka muncullah ide untuk membentuk sebuah komplek wisma muslim yang dapat dijadikan sebagai pusat pembinaan dan dakwah Islam terutama di lingkungan kampus yang kian hari kondisinya kian memprihatinkan. B. NAMA KEGIATAN Kegiatan ini diberi nama ‘Program Pusat Pembinaan Mahasiswa Muslim Pilihan’ C. BENTUK KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:
D. TUJUAN Kegiatan ini bertujuan:
Untuk informasi selengkapnya tentang rincian program dan pendanaan silahkan unduh file proposal melalui link berikut : http://www.easy-share.com/1911033812/Proposal Program Pembinaan Mahasiswa Pilihan.pdf |
Cara Mudah Mempelajari Aqidah Ahlus Sunnah (2) Posted: 20 Jun 2010 10:00 AM PDT Bab 2. Metode Salafus Shalih Dalam Penetapan Aqidah Bab ini mencakup lima pembahasan:
[1] Sumber Aqidah Aqidah adalah perkara tauqifiyah, artinya tidak bisa ditetapkan kecuali apabila dilandasi dengan dalil dari Sang pembuat syari'at. Aqidah bukanlah medan pemikiran dan ruang untuk berijtihad. Oleh sebab itu sumber aqidah itu hanya terbatas pada apa yang dijelaskan di dalam al-Kitab maupun as-Sunnah. Sebab, tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah dan apa yang wajib baginya serta perkara-perkara yang Allah tersucikan darinya selain Allah sendiri. Dan tidak ada selain Allah orang yang lebih mengerti tentang hal itu selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh sebab itu manhaj/metode salafus shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam mengambil aqidah adalah terbatas pada al-Kitab dan as-Sunnah (lihat Kitab at-Tauhid li as-Shaff al-Awwal al-'Aali, hal. 11) [2] as-Sunnah Merupakan Wahyu Yang Terjaga Yang dimaksud dengan Sunnah di sini adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam selain daripada apa yang telah disebutkan di dalam al-Qur'an. Apa saja yang beliau sampaikan -dalam urusan agama ini- pada hakekatnya merupakan wahyu dari Allah ta'ala, bukan hasil rekayasa pemikiran beliau. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Dan tidaklah dia -Muhammad- berbicara dari hawa nafsunya, akan tetapi itu semata-mata wahyu yang diwahyukan kepadanya." (QS. an-Najm: 3-4). Dan Allah ta'ala telah berjanji untuk menjaga wahyu yang diturunkan kepada Nabi-Nya, sebagaimana ditegaskan oleh-Nya dalam ayat (yang artinya), "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr dan Kami pula yang akan menjaganya." (QS. al-Hijr: 9) (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 71-72) Syubhat: Sebagian orang beranggapan bahwa kita tidak mungkin berpegang dengan as-Sunnah/hadits karena hadits itu baru dituliskan beberapa ratus tahun setelah meninggalnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? Jawaban: Tuduhan bahwa hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam baru dituliskan beberapa ratus tahun setelah wafatnya adalah dugaan yang keliru dan ucapan tanpa bukti. Di antara dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa suatu ketika seorang penduduk Yaman bernama Abu Syah meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dituliskan apa yang dia dengar dari khutbah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tahun penaklukan kota Mekah, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Tuliskanlah -isi khutbahku- untuk Abu Syah." (lihat Fath al-Bari [1/250-251], Syarh Muslim [5/256-257]). Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, beliau berkata, "Tidak ada seorang pun sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang lebih banyak haditsnya daripada aku kecuali apa yang ada pada Abdullah bin Amr, karena dia selalu mencatat sedangkan aku tidak mencatat." (lihat Fath al-Bari [1/251]) Dalil lainnya, adalah hadits yang riwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, al-Hakim dll dari Abdullah bin Amr radhiyallahu'anhuma, beliau berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya senantiasa mendengar apa yang anda sampaikan kemudian saya pun mencatatnya." Beliau menjawab, "Iya." Abdullah berkata, "Dalam keadaan -anda- murka ataupun ridha?". Maka beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Iya. Karena sesungguhnya aku tidak mengucapkan kecuali kebenaran." (lihat hadits yang lainnya dalam al-Hadits an-Nabawi oleh Dr. Muhammad Luthfi, hal. 42-43) [3] as-Sunnah Merupakan Hujjah Sunnah dalam terminologi ahli ushul merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selain al-Qur'an. Maka dalam pengertian ini, sunnah itu mencakup ucapan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, perbuatannya, persetujuannya, tulisan yang beliau tinggalkan, isyarat yang beliau berikan, tekad dan juga sikap beliau dalam meninggalkan sesuatu. Dalam makna ini maka sunnah itu bisa disamakan dengan istilah al-Hikmah yang sering disebutkan beriringan dengan al-Kitab di dalam ayat-ayat al-Qur'an. Seperti misalnya, Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Allah menurunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, dan Allah mengajarkan kepadamu apa-apa yang kamu tidak ketahui, dan karunia Allah atas dirimu sungguh sangat besar." (QS. an-Nisaa': 113). Oleh sebab itu Imam asy-Syafi'i rahimahullah menukil keterangan ulama ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan al-Hikmah di sini adalah Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 122) Kaum muslimin telah sepakat mengenai wajibnya taat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan keharusan untuk mengikuti Sunnahnya. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Adapun Sunnah ini, apabila ia telah terbukti keabsahannya maka segenap kaum muslimin telah sepakat mengenai kewajiban untuk mengikutinya." Di antara dalil-dalil yang melandasinya adalah firman Allah ta'ala (yang artinya), "Katakanlah: taatilah Allah dan taatilah Rasul, apabila kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir itu." (QS. Ali Imran: 32). Allah ta'ala juga berfirman (yang artinya), "Hendaknya merasa takut orang-orang yang menyelisihi urusan rasul itu, karena mereka akan tertimpa fitnah atau merasakan siksaan yang sangat pedih." (QS. an-Nur: 63). Allah ta'ala juga berfirman (yang artinya), "Tidak pantas bagi seorang beriman lelaki ataupun perempuan apabila Allah dan rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara kemudian ternyata masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam menyelesaikan urusan mereka." (QS. al-Ahzab: 36). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Kemudian, apabila kalian berselisih tentang perkara apa saja maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, apabila kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir." (QS. an-Nisaa': 59). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan al-Kitab dan yang semisal dengannya bersama hal itu." (HR. Abu Dawud, dll). Beliau juga bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah itu sama kedudukannya dengan apa yang diharamkan oleh Allah." (HR. Ibnu Majah) (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 124-125) [4] as-Sunnah Merupakan Hujjah Yang Mandiri Sunnah dapat dibagi menjadi tiga bagian apabila ditinjau dari keterkaitannya dengan dalil-dalil al-Qur'an. Pertama: Sunnah yang menjadi penegas; yaitu Sunnah yang sama persis kandungannya dengan kandungan dalil atau ayat al-Qur'an dari segala sisi. Kedua: Sunnah yang menjadi penjelas atau penafsir terhadap perkara-perkara yang disebutkan secara global saja oleh ayat al-Qur'an. Ketiga: Sunnah yang bersifat mandiri atau menambahkan sesuatu yang memang tidak disinggung di dalam al-Qur'an. Sunnah semacam ini bisa berupa keterangan mengenai wajibnya sesuatu yang hukumnya didiamkan oleh al-Qur'an, artinya al-Qur'an tidak membicarakan mengenai wajibnya hal itu. Atau bisa juga berupa keterangan mengenai haramnya sesuatu yang hukumnya didiamkan oleh al-Qur'an, artinya al-Qur'an tidak membicarakan mengenai haramnya hal itu (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 123) Yang dimaksud di sini adalah hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbicara tentang suatu perkara yang tidak disebutkan oleh al-Qur'an. Hadits-hadits semacam itu biasa disebut para ulama dengan istilah Sunnah Istiqlaliyah atau Sunnah Za'idah. Kaum salaf telah sepakat bahwasanya wajib mengikuti Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, entah itu yang sifatnya memberikan keterangan yang serupa, menafsirkan, atau yang memberikan keterangan tambahan yang tidak ada di dalam al-Qur'an. Dalilnya adalah dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban berhujjah dengan as-Sunnah, karena dalil-dalil itu bersifat umum dan tanpa pembatasan. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Barangsiapa yang menaati rasul sesungguhnya dia telah menaati Allah." (QS. an-Nisaa': 80). Ibnu Abdil Barr berkata, "Allah jalla wa 'azza memerintahkan untuk taat kepada-Nya -yaitu rasul shallallahu 'alaihi wa sallam- serta mengikutinya dengan perintah yang mutlak dan global tanpa memberikan batasan apapun, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengikuti Kitabullah, sementara Allah juga tidak mengatakan; 'Cocokkan dulu dengan Kitabullah' sebagaimana pendapat sebagian kelompok menyimpang." Adapun sebuah hadits yang disandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bunyinya, "Apa saja yang datang dariku kepada kalian hendaklah kalian hadapkan kepada Kitab Allah. Kalau sesuai dengan Kitab Allah maka itu berarti aku memang mengucapkannya, dan apabila ternyata menyelisihi Kitab Allah maka aku tidak pernah mengucapkannya…" Ini adalah hadits palsu yang dibuat-buat oleh kaum Zindiq dan Khawarij sebagaimana ditegaskan oleh Abdurrahman bin Mahdi (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 126) [5] Hadits Ahad Hujjah Dalam Aqidah Hadits/khabar ahad dalam istilah ahil ushul adalah selain mutawatir -hadits mutawatir ialah yang banyak jalur periwayatannya-, sehingga yang disebut khabar ahad adalah semua khabar/hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir. Sesungguhnya khabar ahad itu merupakan hujjah/landasan dalam hal hukum maupun akidah tanpa ada pembedaan di antara keduanya, dan hal ini merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama salaf. Dalil yang menunjukkan wajibnya menerima khabar ahad dalam persoalan-persoalan akidah adalah dalil-dalil yang mewajibkan beramal dengan khabar ahad, sebab dalil-dalil tersebut bersifat umum dan mutlak tanpa membeda-bedakan antara satu persoalan (bidang ilmu) dengan persoalan yang lain. Kemudian, selain itu pendapat yang menyatakan bahwa khabar ahad tidak diterima dalam masalah akidah akan melahirkan konsekuensi tertolaknya banyak sekali akidah sahihah. Pembedaan perlakuan terhadap hadits yang berbicara masalah hukum dengan hadits yang berbicara masalah akidah adalah perkara baru yang tidak diajarkan oleh agama, dikarenakan pembedaan ini tidak berasal dari salah seorang sahabat pun, demikian juga tidak dibawa oleh para tabi'in atau pengikut mereka, dan hal itu juga tidak dibawakan oleh para imam Islam, akan tetapi pembedaan ini hanyalah muncul dari para pemuka ahli bid'ah dan orang-orang yang mengikuti mereka (diringkas dari Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah hal. 148-149). Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam kitabnya Muhtashar Shawa'iq (2/412) sebagaimana dinukil oleh Syaikh al-Albani rahimahullah, "Pembedaan ini -antara masalah akidah dan amal dalam hal keabsahan berhujjah dengan hadits ahad- adalah batil dengan kesepakatan umat. Karena hadits-hadits semacam ini senantiasa dipakai sebagai hujjah dalam perkara khabar ilmiah -yaitu akidah- sebagaimana ia dipakai untuk berhujjah dalam perkara thalab/tuntutan dan urusan amaliah…" (lihat Muntaha al-Amani, hal. 117, baca pula keterangan Syaikh Abdullah al-Fauzan dalam kitabnya Syarh al-Waraqat, hal. 214) Betapa indah ucapan Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah, "Semua yang datang di dalam al-Qur'an atau sahih dari al-Mushthafa -yaitu Nabi Muhammad- 'alaihis salam yang berbicara tentang sifat-sifat ar-rahman maka wajib beriman dengannya dan menerimanya dengan kepasrahan dan penuh penerimaan…" (Lum'at al-I'tiqad, yang dicetak bersama Syarh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dengan tahqiq Asyraf bin Abdul Maqshud, hal. 31) Catatan: Apabila kita cermati ucapan emas Ibnu Qudamah di atas, maka akan teranglah bagi kita bahwa keyakinan bahwa hadits sahih -termasuk di dalamnya hadits sahih yang berstatus ahad- merupakan hujjah dalam hal aqidah merupakan keyakinan para imam ahlus Sunnah di sepanjang jaman, bukan hasil ijtihad pemikiran Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim rahimahumallah -sebagaimana disangka oleh sebagian orang-. Dari mana bisa kita simpulkan demikian? Perhatikanlah… Ibnu Qudamah hidup antara tahun 541-612 H. Adapun Ibnu Taimiyah hidup antara tahun 661-728 H. Demikian pula Ibnul Qayyim hidup antara tahun 691-751 H. Ini artinya Ibnu Qudamah lebih dahulu hidup dan lebih dahulu meninggal daripada Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Apakah kita akan mengatakan bahwa Ibnu Qudamah telah mengekor kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim?! Subhanallah… betapa aneh dan ganjilnya logika berpikir semacam itu.. Lebih daripada itu semua kalau kita mau cermati sebuah ungkapan yang sangat populer dari para imam yang empat -yang notabene mereka ada sebelum Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyah, dan Ibnul Qayyim- "Apabila hadits itu sahih maka itulah madzhab/pandanganku." Aduhai, apakah kita akan mengatakan bahwa yang mereka maksud dengan ucapan itu hanya dalam masalah fiqih/hukum saja? Sejak kapan mereka berkata demikian dan mana buktinya? Lalu apakah kita juga akan mengatakan bahwa imam yang empat mengekor kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim?! Subhanallah, keajaiban apalagi yang ingin mereka ciptakan?! Allahul musta'aan. Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Artikel www.muslim.or.id |
You are subscribed to email updates from Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar